TODAY's DIARY

Hari ini lagi-lagi kepancing emosiku..

Setelah berhasil menyelesaikan revisi BAB III aku baru mengizinkan diriku sendiri untuk keluar dari rumah. Meski hujan aku tetep keukeuh pengen nasi goreng SAPOSAPO yang ada di salah satu mall di Solo. Dengan tekat dan semangat menggebu membayangkan nasi goreng seafood panas dengan porsi kuli, aku pun memberanikan diri untuk melarikan kendaraan roda 4 yang gagah punya Pakderku, CRV (*pamer mode on) Padahal aku hafal betul, tiap kali habis dicuci siapapun yang bawa harus bertanggung jawab atas kebersihannya waktu dikembalkan lagi ke dalam kandang, kalo gak, pasti diomelin habis2an.. dan biasanya, aku jarang bertanggung jawab, kecuali dikasi duit buat ke tukang cuci..

Berhubung rumahku di pedalaman desa yang asri dikelilingi sawah dan sutet, aku berangkat ke kota harus melewati jalan sempit yang terkadang berlubang. Sampai lah aku di satu jalan sempit yang benar-benar penuh lubang di kanan kiri, mungkin kalau disambung2 lubangnya bisa jadi parit kecil buat saluran air.
Aku belokkan setir ke kanan jalan mencoba menghindari lubang, tapi waktu aku lihat ada motor di depan mulai mendekat, kembali aku banting setir ke kiri. Satu motor dari arah berlawanan berhasil melewati aku, disusul motor ke dua yang ternyata sedikit menyenggol spion kanan-ku. Dalam hati aku berbisik *bahasa cerpen banget
"Gpp lah, toh kena dikit. Wajar. Wong jalannya juga sempit. Lecet dikit juga gpp, paling juga gak ketauan Pakder "
Baru selesai aku mikir, tiba-tiba motor kedua tadi menggedor-gedor body belakang mobil dengan tatapan tajam yang bisa aku lihat dari kaca spion.
Aku yang tadi jalan pelan, jadi semakin mengurangi lagi kecepatan sambil membunyikan klakson sekali. Eh, si motor ke dua yang ternyata pake seragam salah satu aparat ini balas membunyikan klakson sambil melotot melihat ke arah belakangnya, yaitu aku. Wah, aku gak mau kalah, sekali lagi aku bunyikan klaksonku sambil benar-benar berhenti di tempat, tapi kali ini bunyinya sangat panjang dan keras.

Si oknum aparat yang umurnya kira-kira 40 tahun ini mungkin merasa kejantanan nya diuji. Aku lihat dia memundurkan motornya, lalu berputar arah mendekati aku. Aku siap menunggu sambil membuka kaca jendelaku penuh. Aku lihat dia udah ada di sisi kanan mobilku.. eh salah, mobil bapak-ku ding! Percakapan sengit dimulai...

Oknum : "Mbak, minggir!!" katanya sambil melotot
Ngatini : "Ngapain harus minggir?!" kataku juga ikut melotot
Oknum : "Jalan kok ditengah-tengah. Ini kan jalan umum!" suaranya makin meninggi
Ngatini : "Tau sendiri kan jalannya jelek gitu?! Orang motor yang lain aja bisa lewat, kenapa situ gak bisa. Lagian situ nyenggol spion, aku diem aja kok. Eh malah trus situ gedor-gedor mobil, maksutmu apa?!"
Oknum : "Heh! Kowe mentang-mentang orang kaya, make jalan di tengah-tengah!"
Ngatini : Merasa gak terima dibilang kaya, Ngatini pun suaranya pecah kaya bebek yang dibakar buntutnya. "Eh! Gak usah bawa-bawa kaya, kowe kuwi kere tapi kok ya pamer! Trus mentang-mentang pake seragam gitu, dikira aku takut apa?!!! Baru seragam gitu aja udah sommmbong! Kemaki!"
Oknum : "Weee... dasar Bajing*n!!" kata si oknum sambil kembali memutar arah
Ngatini : Makin kebakar buntutku. Kepalaku hampir keluar untuk memastikan dia juga dengar teriakanku "Heh!! Kowe kuwi le sing bajing*n! Kowe kan lanang!"

Selesailah drama perseteruan di tengah jalan yang dikelilingi sawah. Saksi mata cuma mobil di belakangku yang diam seribu bahasa dan sabar menunggu pertengkaran kami selesai. Tanganku langsung gemetaran, jantung berdetak kencang kaya, mata mengedip, senyum tersungging.. *eh..salah ekspresi! Bermacam umpatan lain langsung menari-nari di kepalaku, seolah menggoda aku yang semakin kesal karena tidak sempat mengeluarkannya.
Setelah beberapa kali manarik nafas panjang, akhirnya tanganku yang gemetaran kembali normal.

And then..

Setelah 'memungut' dua bodyguard-ku, Om Cucu en Om Kent. Aku melanjutkan misi utamaku untuk makan nasi goreng seafood pedas ala SAPOSAPO. Setelah hidangan ada di meja, yang aku rasa cuma anyep alias hambar dan gak panas sama sekali. Padahal, biasanya harus menunggu sebentar supaya hidangan tadi bisa aku lahap hap hap..!
Secepat kilat aku angkat telfon, aku pencet angka-angka yang ada dalam nota yang aku bawa. Sekali-sekali aku coba jadi pelanggan rewel, gak kaya biasanya yang selalu trimo.

Ngatini : "Mas, saya mau tanya. Kalo saya pesen nasi goreng, itu langsung dibikinin ato cuma diangetin aja?" kataku halus dan sopan
Masnya : "Tiap ada yang pesan, kita langsung masak mbak."
Ngatini : "Yang bener mas? Lha ini saya pesan, irisan cabenya masih mentah, potongan seafood nya gak ada rasa sama sekali dan nasinya pun gak panas, paling cuma anget kaya masuk magic jar."
Masnya : "Enggak kok mbak, kita masak dulu nasi gorengnya"
Ngatini : Desperate.. ternyata SapoSapo bukan tipe usaha yang menghargai pelanggan "Ya udah mas, tapi saya sering beli di sini jadi saya tau kalo rasanya beda. Ya kalo gitu buat masukan aja. Lain kali kalo ada yang mesen, tolong dimasak dulu satu-satu"
Masnya : "Iya,mbak.. iya.." masnya seolah-olah pengen segera menutup telfon dariku.
Ngatini : Pasrah dan menuruti harapan masnya untuk segera menutup telfon.

Akhirnya aku gak bisa habisin nasi gorengnya karena kepedasan sampe membakar lidah dan kupingku.

Begitulah Hari Yang Aneh buat Ngatini hari ini..

nb : tulisan gak penting ini, sekedar untuk hiburan dan melepas uneg-uneg bagi Ngatini si gadis desa yang naif, gak penting dan wagu ini. Foto-foto juga tdak sesuai kejadian, cuma illustrasi aja biar pada gak males bacanya. Buat oknum yang terlibat, saya tetap gak minta maaf. hehe..

Featured Post