

Jangan salah kaprah dengan judulnya, aku bukan menolak menikah ato dipaksa menikah. Aku cuma bertanya-tanya..
Aku punya satu hubungan yang udah ‘jatuh bangun’ selama 5 tahun lebih, seperti yang pernah aku post di sini, itu kali kedua renggangnya hubunganku dengan si lelaki.
Hidup itu adalah pilihan, aku memilih mau kembali bukan karena aku terpaksa tapi karena aku egois. Aku pengen nyenengin diriku sendiri,kalo ternyata aku bisa nyenengin pasanganku, itu adalah bonus buatku dan buat lelakiku.
Aku udah pernah seneng sampe lupa daratan, juga pernah sedih sampe lupa dunia sama lelaki ini. Aku pernah cinta benget, juga pernah benci banget sama lelaki yang sama.
Mungkin karena aku punya perasaan seperti ibu kepada anaknya, sebaik apapun dan seburuk apapun dia tetep anakku (lho..??) Maksudku, apapun yang lelakiku lakukan dia tetep lelakiku, setidaknya sampe sekarang ini. Aku yang memilih untuk sedih, aku juga yang memilih untuk senang bersama lelaki itu.
Apa hubungannya dengan Menikah?
Aku belum mau menikah, lelakiku pun juga sama. Kita masih punya hidup sendiri yang harus dijalani masing-masing. Banyak tanggung jawab yang harus diselesaikan dan cita-cita yang harus dicapai sendiri-sendiri.
Tapi buat masyarakat kuno, hubungan kami yang terlalu lama ternyata (katanya) bikin orang lain cas cis cus. So what!! Terserah mereka mau ngomong apa, tapi ini hidupku, udah seharusnya aku yang memutuskan apa yang terbaik buat aku. Apapun yang aku putusin akhirnya kan aku juga yang nanggung akibatnya, bukan mereka.
Toh selama ini gak pernah mempermalukan keluarga atau orang lain, yang ada cuma mempermalukan diri sendiri, pasanganku, atau kami berdua. Apa salah nya kalo aku dan lelakiku masih mau pacaran untuk 5 tahun lagi.
Menikah itu mudah, tanpa uang, tanpa rumah, tanpa persiapan semua orang bisa aja menikah. Yang berat adalah tanggung jawabnya. Tapi pacaran ternyata juga gak mudah.
Aku kadang berpikir, apa aku dan lelakiku harus menghindari gunjingan para Villager dengan selembar kertas sah dari pengadilan. Tapi aku masih punya hidup sendiri, dan lelakiku juga punya hidup sendiri di rumah orang tua masing-masing. Pengesahan itu bukan karena kami memang ingin menikah, tapi hanya menghindari gunjingan para Villager alias orang desa yang berpikiran kuno/ orang
Hmmm…Salah juga kann???
Kewajibanku sekarang, cuma ingin segera menyelesaikan kuliah, bekerja, berkarir..
dan entah kapan aku akhirnya mau menjawab “oke” atas pertanyaan “nikah?” dari seorang laki-laki...
Normally women’s always want to look beauty and sexy in every condition. Faddist women change their fashion style every week. A lot of women aspire to purchase the most recent fashion style. They enjoy being different and making a fashion statement. But no doubt, every woman has jeans in their fashion collection. Jeans always stay in their position, don’t care how often the style of fashion changed, jeans will always have their own position.
Jeans for women had more style than for men. There are straight legs, wide legs, flared, boot cut, skinny fit, and many more jeans style for women. Jeans also had various price, from the cheap ones into hundred of dollars for jeans designer labels. Many fashion store offering new jeans collection, and the only thing you should do to get the most suitable jeans for you is pick them out by your size and your body type, but the most important thing is don't forget about the price so your wallet can be save. Not all expensive jeans can be suit with your body, so be carefully when u choose jeans for your collection.
Don’t be afraid if you accustomed to purchasing online, the thing you should know is you are familiar with the labels and sizes differences between one labels and the other. And the more important are we should pay attention to our body type, fit, and lifestyle so that jeans we purchased are really good and matching for us. How do we know about that? Sure we can, there is a lot of buyer guide that will help us to choose the right jeans for us on internet.
Tiba-tiba aku tertarik mengaitkan fenomena Ryan ini dengan tema skripsiku yang justru mengangkat soal emansipasi perempuan, yang didalam nya ada kata KODRAT.
Hmmm..apa ya kira2 maksud ku?
KODRAT
Kodrat seringkali mengarah lebih kepada perempuan, dimana secara biologis perempuan mengalami menstruasi, pregnansi dan laktasi. Ironisnya kelebihan perempuan ini justru jadi kelemahan terbesar yang membuat perempuan cenderung bergantung pada laki-laki yang dianggap lebih kuat daripada perempuan. Sehingga perempuan ditempatkan sebagai warga kelas dua yang perannya tidak begitu diperhitungkan atau sering kita sebut diskriminasi.
Sedang kodrat laki-laki (katanya) sebagai kepala rumah tangga yang mencari nafkah. Kedengarannya lebih simple daripada perempuan. Atau sebenarnya bisa aku simpulkan lebih mudah lagi bahwa kodrat laki-laki adalah akil balig, menghamili dan disusui. Haha..
Di sebuah tulisan aku sempet baca sebenernya kodrat itu gak ada. Coba aja lihat pada bayi yang baru lahir, ciri-ciri maskulin atau feminin itu sama sekali gak ada. Yang membentuk ciri feminin atau maskulin adalah perlakuan dari lingkungan sekitarnya. Pola asuh orang tua dan lingkungan sangat berpengaruh besar dalam pembentukan ciri feminin dan maskulin tadi. Anak perempuan diberi boneka sebagai mainan dan diasuh lebih lembut dan lebih hati-hati sedangkan anak laki-laki diberi mobil-mobilan sebagai mainan dan diasuh lebih keras dan penuh disiplin karena kelak diharapkan dapat melindungi keluarganya. Hal itulah awal mula yang menyebabkan terjadinya diskriminasi yang pada akhirnya justru memojokkan salah satu gender.
Lalu, apa hubungannya dengan Ryan Sang Penjagal? (JENG! JENG! *lagi)
Orientasi seks seseorang bukan mutlak dibentuk dari kondisi hormon atau genetik semata. Menurut dokter Boyke yang ahli seksologi, 80% orientasi seks seseorang terbentuk dari kondisi lingkungan. Artinya sama dengan pembentukan karakter feminin dan maskulin tadi yang sumbangan terbesarnya adalah dari kondisi lingkungannya.
Dokter Boyke yang seorang dokter menyatakan bahwa kaum homo, lesbi dan biseksual adalah masalah disorientasi seksual. Aku sebagai orang awam sebenernya kurang setuju dengan kata ‘dis’ di depan, karena itu artinya menyalahkan orientasi mereka. Salah atau benar bukan dibentuk dari kebenaran atau kesalahan yang hakiki, tapi opini dari masyarakat yang membentuknya menjadi benar atau menjadi salah.
Nah, pertanyaanku itu, apa kodrat sepenuhnya juga berlaku buat kaum homoseks dan lesbian? Bagaimana sepasang laki-laki homoseks menjalankan kodratnya untuk mencari nafkah dan sebagai kepala rumah tangga, siapa yang akan berlaku sebagai si pencari nafkah? Karena tidak semua homoseks bersikap kinky atau berlaku seperti perempuan.
Lalu bagaimana menempatkan kodrat sepasang perempuan lesbian? Siapa yang hamil, siapa yang menghamili? Siapa yang menyusui dan siapa yang meminta susu?
foto bayi imyut dari sini